Jual Bawang Goreng Jawa Timur
Inspirasi untuk bisnis bisa datang dari mana saja, termasuk dari teman.
Budi Nurhadi misalnya, guru swasta di Kuningan, Jawa Barat mendapat ide
bisnis dari temannya sesama pengajar.
"Kebetulan di sekolah
tempat saya ngajar ada guru yang punya bisnis. Singkat cerita orang
tersebut yang menginspirasi atau mungkin bisa dibilang mempengaruhi saya
untuk mencoba berbisnis. Saya masih ingat dia menyarankan bisnis
makanan walaupun dia sendiri bisnisnya di alat lukis," kata Budi kepada detikFinance, Minggu (20/5/2018).
Pria
kelahiran 1985 itu bercerita, memulai bisnis November 2016. Bawang goreng, kata dia, menjadi pilihan bisnis karena merupakan salah satu
makanan favorit keluarga. Budi memberi merek bawang goreng dagangannya,
Bagoy Lada.
Bagoy sendiri sebenarnya singkatan dari bawang goyeng. Nama itu muncul
dari anaknya yang ketika itu masih berumur 3 tahun dan belum bisa
mengucapkan bawang goreng, tapi bawang goyeng.
Harga Bawang Goreng Terbaru 2019
"Kenapa saya pilih bawang goreng, karena berawal dari rumah. Seluruh anggota keluarga suka bawang goreng," tutur Budi.
Budi
menjelaskan, awal memulai usaha dirinya merogoh kocek awal untuk modal
sekitar Rp 2 juta. Modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku
yakni bawang dan peralatannya. Dari situ, dia bisa membuat 50 kemasan.
Dalam menjalani bisnisnya, Budi mengatakan, sempat melakukan tes pasar untuk melihat minat konsumennya.
"Awalnya
kita tes rasa dulu, saya bawa ke sekolah, saya bagikan ke teman-teman
yang original dan pedas. Dari situ, saya jadi bikin yang pedas jadi 3
level, karena selera pedas orang itu berbeda-beda," ungkapnya.
Jual Bawang Goreng
Memang,
dalam menjalani bisnis pasti ada tantangan. Dia menyebut, tantangan itu
di antaranya ialah membagi waktu antara mengajar dan memproduksi bawang
goreng.
Kemudian, masih belum sempurnanya produk karena masih
banyak minyak."Lalu saya cari mesin pengering makanan sampai Cirebon
tapi nggak ada, saya coba online dapat spinner," ujar dia.
Berkat kerja kerasnya, bisnis terus berkembang. Kini, usaha yang dibangun bersama istrinya sudah bisa memperkerjakan 7 orang.
Lanjutnya,
saat ini produk bawang goreng yang dijual seharga antara Rp 25 ribu
(100 gram) hingga Rp 125 ribu per kemasan (500 gram).
Dia bilang,
dalam sebulan rata-rata penjualannya mencapai 1.000 kemasan. Bawang
goreng itu dipesan dari berbagai wilayah di Indonesia. Namun, paling
banyak di wilayah Jabodetabek dan Yogyakarta.
"Hampir seluruh
daerah di Indonesia sudah pernah ada yang beli, bahkan Singapura dan
Malaysia sudah, sementara Thailand, Taiwan, sama Hong Kong terkendala
ongkos kirim yang sangat mahal," ujarnya.
Omzet yang dia terima mencapai rata-rata Rp 30 juta per bulan dengan
keuntungan bersih antara Rp 5 juta sampai Rp 7 juta per bulan.
"Nilai omzet rata-rata Rp 30 jutaan," ungkapnya.
Untuk
memesan produknya, calon konsumen bisa memesan di Instagram @bagoylada,
shopee.co.id/khazini. Bisa juga di Tokopedia dengan nama toko stance
102 dan Facebook Bagoy Lada.
Budi menuturkan, dalam menjalankan
bisnis terpenting ialah mengenali produk. Kemudian, produk yang dibuat
ialah bikinan sendiri sehingga tahu plus minusnya.
"Dan yang
pasti saya berusaha inovasi setiap hari, mulai dari inovasi produk,
label, packaging, sampai marketing," tutupnya. (hns/hns)
sumber: detik.com
